Keluaran 17:8-16
Peperangan Amalek merupakan tema yang penting setelah Bangsa Israel keluar dari Mesir. Peperangan ini adalah peperangan pertama yang dialami oleh orang Israel, dan orang Amalek adalah Bangsa Kafir perrtama yang menggempur Israel. Mengapa bangsa-bangsa lain tidak menggempur Israel? Karena untuk menggempur Israel, harus berpikir 100 kali. Mengapa berpikir 100 kali? Karena jumlah orang Israel yang waktu itu keluar dari Mesir, diperkirakan oleh banyak komentator, berjumlah lebih dari 2 juta orang. Untuk menggempur 2 juta orang, berapa pasukan yang harus disiapkan? Oleh sebab itu, bangsa yang kecil harus berpikir 100 kali untuk menggempur Israel, dan juga harus memikirkan berapa kuat pasukan yang dimiliki, kecukupan senjata, strategi yang digunakan. Inilah mengapa, pada awalnya tidak ada yang berani menggempur Bangsa Israel.
Mengapa Bangsa Amalek berani menggempur Israel? Alkitab mencatat bahwa Amalek dikagumi sebagai bangsa yang sangat kuat dan memiliki tentara yang kuat. Secara perhitungan militer, mereka yakin akan menang, oleh sebab itu mereka berani menggempur Israel. Ini didukung lagi oleh Bangsa Israel yang tidak berpengalaman dalam peperangan. Bangsa Israel pasti menjadi berita hangat pada jaman itu sebagai bangsa yang diperbudak.
Tuhan menghadapkan orang Israel yang tidak berpengalaman dalam peperangan dengan Bangsa Amalek yang ahli dalam peperangan. Di dalam seluruh Alkitab, Tuhan memakai orang yang tidak berpengalaman, setujukah saudara? Melalui ini kita belajar bahwa kita tidak boleh menolak pelayanan dengan alasan belum pengalaman. Coba beri tahu saya, siapa orang yang punya pengalaman? Siapa yang pernah punya pengalaman menjadi siswa SD sebelum masuk SD? Tidak ada, tetapi semuanya dilewati dan akhirnya bisa lulus SD. Adakah orang yang ingin menikah tetapi menjadi batal karena alasan belum punya pengalaman menikah? Semua orang yang menikah, diawali dengan tidak punya pengalaman. Mengapa orang yang tidak punya pengalaman ini berani menikah? Karena bagi dia, hal ini harus ia lalui.
Tuhan selalu memakai orang yang tidak berpengalaman. Musa tidak pernah punya pengalaman memimpin 2 juta orang, Yosua tidak punya pengalaman memimpin bangsa Israel, Daud tidak pernah jadi raja, akhirnya jadi raja. Oleh sebab itu, mulai hari ini tidak boleh lagi menggunakan alasan “saya belum pengalaman.”
Mari kita memperhatikan pada bagian yang kita baca bersama. Tuhan menempatkan bangsa Israel yang tidak punya pengalaman, ke dalam sebuah kesulitan yang besar. Ini adalah cara Tuhan untuk melatih umatNya: tidak memberikan yang gampang dan langsung memberikan yang susah. Begitu orang Israel keluar dari Mesir, dalam Keluaran 12, mereka langsung dihadapkan pada Laut Teberau untuk dilalui. Tuhan menguji pemimpinnya terlebih dahulu karena seorang pemimpin harus diuji dengan berat baru kemudian dapat menggerakkan bawahan. Akhirnya kesulitan ini dilewati dan muncul nyanyian Musa. Setelah nyanyian selesai, Tuhan kembali menguji dengan tidak ada makanan, dan air yang ada untuk diminum adalah air yang pahit. Setelah semua ini dibereskan, Tuhan memperhadapkan Bangsa Israel dengan tentara dengan senjata yang besar dan maut. Menurut logika, mereka pasti kalah dan disinilah Tuhan menguji.
Saudara perhatikan, Musa melihat bahwa orang-orang yang mengikut dia adalah orang-orang yang tidak punya iman. Namun, Tuhan memberikan ketajaman kepada mata Musa untuk melihat di antara orang-orang demikian untuk menemukan sekelompok kecil orang yang beriman. Dan selanjutnya, Tuhan juga memberikan ketajaman kepada Musa untuk menemukan Yosua. Saya terkagum ketika membaca bagian ini. Kapan Musa bertemu dengan Yosua? Kapan Musa berkenalan dengan Yosua? Kapan Musa pernah mengetes iman Yosua? Namun Alkitab mencatat bahwa ketika Bangsa Amalek datang menyerang Bangsa Israel, Musa menyerahkan kepemimpinan pasukan kepada Yosua. Coba kita bayangkan, jika kita menjadi Yosua, apa jawaban yang kita berikan pada Musa ketika kita ditunjuk demikian? Waktu Yosua yang masih muda mendapatkan tugas seperti ini, ia tidak mengatakan bahwa dirinya tidak berpengalaman, tetapi Alkitab mencatat bahwa ia langsung melakukan.
Peperangan yang terjadi dalam Keluaran 17 terjadi di Rafidim. Kata Rafidim memberikan indikasi kepada kita untuk mendeteksi berapa lama waktu antara Bangsa Israel keluar dari Mesir hingga mencapai tempat tersebut. Catatan pada Keluaran 19:1-2 menunjukkan bahwa pada bulan ketiga setelah meninggalkan Mesir, mereka tiba di padang gurun Sinai setelah meninggalkan Rafidim. Ini berarti antara bulan pertama dan kedua, sebelum masuk ke bulan ketiga, terjadi peperangan Amalek. Baru beberapa bulan keluar dari Mesir, Bangsa Israel langsung dimasukkan ke dalam sebuah peperangan besar.
Musa mengutus Yosua untuk memimpin perang, sementara ia memilih Harun dan Hur untuk berdoa bersamanya. Banyak orang yang mengutus orang lain untuk pergi, tetapi sendirinya pergi jalan-jalan. Namun, Musa tidak demikian. Ia naik ke atas gunung dan menyaksikan peperangan. Saya yakin meskipun tubuhnya ada di atas gunung, tetapi hatinya berada di dalam peperangan itu.
Setelah Bangsa Israel memenangi peperangan tersebut, ada hal yang menarik terjadi. Secara logika, setelah perang tersebut dimenangi di bawah pimpinan Yosua, nama Yosua seharusnya menjadi dikenal dan harum. Namun, jika saudara membaca di seluruh kitab Keluaran, tidak ada kata pujian yang disampaikan kepada Yosua. Inilah saat di mana seseorang diuji kerohaniannya, bagaimana ia dapat tetap baik kerohaniannya meskipun tidak diingat setelah memenangi peperangan.
Yosua tidak dipuji setelah menang perang, Musa juga tidak dipuji setelah menang perang, mengapa? Karena peperangan yang lain masih sangat banyak. Kelemahan dari orang yang pelayanan adalah setelah selesai satu pelayanan, langsung melakukan sabat bertahun-tahun. Setelah satu pelayanan selesai, seharusnya memikirkan apa pelayanan berikutnya. Apa yang mau dikerjakan berikutnya, untuk minggu depan apa? Untuk bulan ini apa? Lalu semuanya harus direncanakan dengan baik.
Selanjutnya kita akan melihat kepada ayat 14 dari bagian yang telah kita baca. Pada bagian ini kita dapat melihat bahwa Tuhan memerintahkan Musa untuk mengingatkan kepada Yosua mengenai ingatan tentang Amalek. Mengapa pesan ini harus disampaikan kepada Yosua? Karena Yosua adalah yang akan menggantikan Musa. Yosua adalah yang akan meneruskan berita ini kepada orang yang ada pada jaman hakim-hakim, dan orang pada jaman hakim-hakim akan meneruskan berita ini kepada orang di jaman raja-raja. Jika hal ini disampaikan kepada orang yang tidak beriman, maka berita ini akan disimpan dan tidak disampaikan. Berita penting ini harus disampaikan, yaitu Amalek harus dihabiskan dari kolong langit. Yosua memegang berita ini, tetapi kapan Bangsa Amalek harus dihabiskan? Bukan Yosua yang akan melakukannya, tetapi menunggu perintah dari Tuhan. Hingga tiba pada jaman Daud, Tuhan memberi tahu bahwa Daud yang harus menumpas Amalek.
Perintah Tuhan untuk menyampaikan berita ini kepada Yosua telah menyiratkan bahwa Tuhan mempersiapkan Yosua. Oleh sebab itu, ketika saudara membaca di kitab suci, saudara akan menemukan bahwa penulisan nama “Yosua” selalu ditulis “Yosua,” padahal pada waktu itu namanya belum menjadi ” Yosua.” Jika saudara membaca pada bagian pengutusan 12 pengintai, nama Yosua adalah Hosea, dan terjadi perubahan nama yang dicatat pada Bilangan 13:16. Kapankah para pengintai ini diutus? Penafsiran mencatat bahwa dari sejak keluar dari Mesir hingga para pengintai ini diutus adalah kira-kira 2 tahun lamanya. Jika demikian, ini berarti bahwa baru setelah 2 tahun keluar dari Mesir, nama Hosea bin Nun disebut dengan Yosua.
Jika perubahan nama ini baru terjadi setelah 2 tahun, mengapa sejak awal, nama yang disebutkan adalah Yosua dan nama Hosea dibuang? Karena Musa memiliki konsep theosentris. Di dalam peperangan seperti melawan orang Amalek, siapakah yang berperang? Nama yang disebutkan adalah Yosua, yang artinya adalah “Tuhan Penyelamat.” Jika saudara membaca tulisan Musa, pada peperangan-peperangan selanjutnya, ada indikasi-indikasi yang menunjukkan bahwa Tuhan yang ditiinggikan. Saya ingin mengajak saudara melihat indikasi-indikasi ini, dan juga indikasi bahwa Tuhan adalah yang memimpin setiap langkah orang Israel di padang gurun.
Dalam Keluaran 13:17, mengindikasikan bahwa Bangsa Israel bukan tersesat di padang gurun selama 40 tahun. Banyak guru sekolah minggu yang telah salah dengan mengajarkan bahwa Bangsa Israel tersesat di padang gurun selama 40 tahun karena berdosa kepada Tuhan. Namun, Alkitab mengatakan bahwa Tuhan yang memimpin dengan tiang awan dan tiang api, dan Tuhan-lah yang memberikan kepada mereka rute yang memutar (Kel. 13:18). Kemudian, saya juga ingin mengajak kita melihat pada setiap kasus mengenai minuman dan makanan yang dicatat dalam pasal 15, 16, dan ditutup pasal 17:7. Seluruh tulisan Musa menjawab pertanyaan: “Adakah Tuhan di tengah-tengah kita?,” dan jawabannya adalah “ada.”
Orang Israel diuji dengan berat, mengapa demikian? Karena inilah cara Tuhan. Jika Saudara pernah mendaki 3 gunung dan kini di hadapkan dengan 1 gunung, maka saudara akan tersenyum saja karena telah terbiasa. Tuhan mengirim murid-Nya ke tempat yang sulit terlebih dulu dan kisah Bangsa Israel membuktikan bahwa Tuhan memimpin di dalam setiap peperangan. Ini yang menjadi suatu kekuatan untuk kita masuk ke dalam peperangan.
Dari seluruh tempat di dunia, apabila Saudara memilih tempat-tempat yang menurut Saudara enak untuk pelayanan, akhirnya Saudara tidak mau pergi ke tempat yang tidak enak. Padahal, di tempat yang saudara bilang enak, adalah tempat yang berbahaya. Ada orang yang sangat menjaga kesehatannya, tetapi akhirnya mati ditabrak bajaj ketika keluar dari rumah. Sebaliknya, ada orang di pedalaman yang memanjat pohon kelapa naik-turun, tidak jatuh. Banyak orang memiliki konsep yang salah mengenai tempat yang aman. Jangan mengira akan mendapat aman di tempat yang aman menurut Anda. Jika kesulitan itu tiba, di manapun kita berada, pasti akan tiba kepada kita. Oleh sebab itu, Saudara harus melihat kepada Tuhan yang berjalan di depan.
Di dalam kitab 2 Korintus muncul kalimat yang saya ingat sepanjang saat, “Ketika aku tiba di Troas untuk memberitakan Injil Kristus, aku dapati, bahwa Tuhan telah membuka jalan untuk pekerjaan di sana.” (2Kor. 2:12). Saya sangat senang dengan ayat ini. Sebelum saya tiba di suatu kota, Tuhan telah tiba terlebih dahulu dan ketika saya tiba saya melihat bahwa Tuhan membuka satu persatu jalan.
Di Papua saat ini, seluruh kantong Kristen telah habis. Mengapa? Karena orang Kristen setelah melayani satu, kemudian berpuas dan merayakan kemenangan. Orang Kristen melupakan bahwa setelah Amalek telah dikalahkan, masih banyak peperangan yang harus dimenangi untuk menaklukkan tanah Kanaan. Hidup kita adalah hidup di medan peperangan dan Tuhan senantiasa berjalan di depan setiap saat. Waktu Ia berjalan di depan, Ia menuntun dan menggandeng tangan kita yang tidak berpengalaman untuk melihat Dia bekerja.Saya ingin menyimpulkan khotbah ini demikian: waktu Musa melayani Tuhan dengan luar biasa, Ia mendapatkan omelan yang luar biasa dari Tuhan; Waktu Yosua sudah melayani di masa awal, dia tidak mendapat pujian. Tuhan mempersiapkan Yosua dengan luar biasa, hingga akhirnya Tuhan membukakan kepada Musa bahwa Ia akan mati dan Yosua yang akan meneruskan memimpin Israel. Musa dan seluruh bangsa Israel tidak ada protes kepada Tuhan mengenai hal ini, dan betul bahwa sesudah Yosua memimpin, akhirnya pekerjaan Tuhan berlanjut dan tanah Kanaan direbut. Waktu tanah Kanaan direbut, seluruh pasukan tidak memiliki pengalaman untuk menggempur tembok Yerikho yang besar. Namun, karena Tuhan berjalan di depan, Ia yang menghancurkan tembok Yerikho yang menjadi penghambat. Sekarang, saya ingin bertanya: apa yang menjadi tembok penghalang bagi Saudara? Kurang iman? kenyamanan diri? Mintalah Tuhan menghancurkan. Sesudah tembok itu hancur, baru kemudian nampaklah tanah yang berlimpah susu dan madunya. Mari kita berdoa. (Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – my)
Ringkasan Khotbah GRII Andhika | 21 Januari 2018 | 1463 | Pdt. Aiter