Jalan Orang Benar

Mazmur 1:1-6

Mazmur pasal 1 adalah sebuah pengantar bagi sebuah kitab yang sangat agung. Suatu kitab yang paling panjang pasalnya, yaitu 150 pasal yang terbagi dalam 5 kitab. Pada 5 kitab ini, terdapat banyak sekali pengajaran, ratapan, nubuatan, dan sebagainya. Kitab Mazmur ditulis oleh banyak orang, antara lain adalah Daud, Salomo, Yedutun, dan lain-lain. Mazmur-mazmur ini kemudian disusun menjadi sebuah kitab. Mazmur 1 ini diletak­kan di awal kitab ini sebagai sebuah peng­antar bagi seluruh kitab yang penting ini. Ada prinsip penting yang mau ditegaskan, yang juga menjadi petunjuk bagi kita semua.

Menurut isinya, Mazmur 1 termasuk ke da­lam mazmur pengajaran yang mengandung nilai pengajaran penting. Yang mau diberikan oleh pengajaran ini adalah: 1) Fondasi yang teguh dari orang yang saleh. 2) Mengkontraskan cara hidup orang yang benar dan orang fasik beserta nasib keduanya, di mana yang satu akhirnya hidup berbahagia dan yang satu menuju kebinasaan. Kita akan melihat dalam ayat 1, “Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pen­ce­mooh.” “Berbahagialah,” kata ini mengingatkan kita pada ucapan bahagia Tuhan Yesus dalam Matius 5, dan ini merupakan apa yang diharapkan oleh semua orang. Orang menginginkan kebaha­giaan, kesejahteraan, dan itu semua adalah yang Tuhan ingin berikan kepada manusia, asalkan bu­kan diperoleh dengan segala cara termasuk mem­belakangi Tuhan. Di hadapan Tuhan ada segala berkat, rahmat, dan anugrah yang berlimpah.

Saudara, iblis tidak pernah menciptakan sua­tu kebaikan untuk dapat ia berikan kepada kita. Semuanya adalah dicipta oleh Tuhan, tetapi iblis memakai semua yang baik untuk dipelintir dan me­nimbulkan kehancuran. Tuhan menciptakan se­gala sesuatunya baik dan Ia ingin manusia un­tuk berbahagia. Inilah yang ditangkap oleh orang karismatik, tetapi mereka menangkap ini tanpa prinsip sehingga melewati batasan. Demikian juga setan menggunakan segala kebaikan yang Tuhan ciptakan untuk menjadi keburukan bagi kita. Kita mau diberkati, tetapi kita tidak mau itu berasal dari si jahat. Kita mau hal-hal yang baik, tetapi jikalau itu bukan dari Tuhan, ingatlah bah­wa harga yang harus kita bayar adalah jauh lebih mengerikan. Oleh sebab inilah, Alkitab mem­beri­kan prinsip bahwa untuk dapat berbahagia, ada prinsip yang harus diikuti.

Tidak ada sejahtera dan bahagia bagi orang yang hidupnya jahat, yang membiarkan dosa dan ketidakberesan dalam hidupnya. Tuhan mengasihi setiap orang, tetapi begitu ada dosa di sana, tidak mungkin orang itu akan berbahagia. Oleh sebab itu, Tuhan yang ingin kita berbahagia, Ia harus da­tang untuk menghancurkan dosa. Kita yang ingin berbahagia, tetapi memegang dosa, tidak mung­kin berada di dalam bahagianya Tuhan. Oleh sebab itulah, musuh setiap orang adalah diri­nya sendiri. Yang menjadi penghalang antara seseorang dan Tuhan adalah dosa yang ada pada dirinya. Dosa dan kejahatan adalah musuh kebahagiaan karena di mana ada dosa, di situ ada kematian. Kebahagiaan adalah anugerah dari Tuhan yang hanya diper­un­tuk­kan bagi orang yang hidup saleh, hidup takut akan Tuhan dan kebenaran.

Dua macam kehidupan diperhadapkan di hadapan kita, dan kita harus memilih dari kedua pilihan itu mana yang menjadi prinsip hidup kita. Biarlah di awal tahun ini, menurut Firman Tuhan yang memberikan petunjuk dan pengajaran untuk kesalehan dan nilai-nilai hidup, kita memilih un­tuk memiliki prinsip hidup yang jelas. Dan biar­lah­ kita dengan sikap yang tegas boleh mengikut Tuhan dengan sikap yang jelas dan tidak lagi maju mundur. Salah satu kesulitan dari hidup Kristen adalah kita bertobat dan kembali lagi ke kubangan yang sama. Ini terus berulang dan kita tidak pernah maju.

Ada dua sikap yang harus kita ambil untuk mengambil komitmen untuk hidup berpihak pada Tuhan. Sikap pertama adalah penolakan (negatif) dan sikap kedua adalah komitmen (positif). Bagian yang pertama kita baca di dalam ayat 1 menunjukkan apa yang harus kita tolak. Tiga frasa di ayat ini merupakan sebuah paralelisme, dan ketiganya memiliki satu ide yang sama, yaitu menolak hidup yang fasik.

“Tidak berjalan menurut nasihat orang fasik; tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan tidak duduk dalam kumpulan pencemooh” berarti tidak hidup menurut filsafat dan nilai-nilai hidup ber­dosa, tidak mengikuti gaya hidup orang fasik, dan tidak berbagian dalam kumpulan  hidup orang fasik. Kita tidak hidup dalam kevakuman budaya dan tradisi. Jangan berpikir bahwa ketika kita lahir, situasi tersebut telah ada dari dulunya. Anak muda dari generasi saat ini tidak pernah menge­ta­hui mesin ketik. Ketika mereka lahir, hanya me­ngeta­hui komputer atau gadget. Ini menunjuk­kan bahwa setiap lingkungan dan budaya kita adalah bentukan, dan ini juga termasuk nilai-nilai seperti hedonisme, pragmatisme. Maka dari itu, orang yang saleh tidak akan mau begitu saja menerima setiap nilai atau filsafat, atau gaya hidup,  yang tidak sesuai dengan Alkitab. Berbahagilah orang yang hidupnya di dalam prinsip-prinsip kebenar­an dan tidak membiarkan kecemaran dalam nilai hidup, filsafat, pola hidup, atau pengaruh dari apapun.

Selanjutnya pada ayat 2, kita mendapat nasi­hat yang positif. Orang yang berbahagia menjadi­kan Taurat Tuhan sebagai kesukaannya dan mere­nung­kannya siang dan malam. Ini adalah gambar­an orang yang hidup berpusat pada Allah. Orang yang berpusat kepada Allah memilih untuk men­dengarkan Allah dan bukan mendengarkan suara-suara lain, seperti angan-angan dan mimpi manu­sia. Orang yang berpusat kepada Allah adalah orang yang mau mendengarkan suara Allah mela­lui Alkitab, oleh sebab itu ia tidak akan bisa lari dari Alkitab. Mazmur 119, yaitu mazmur terpan­jang dalam Kitab Mazmur berbicara bagaimana orang saleh begitu menyukai dan merindukan Firman Tuhan.

Firman Tuhan bukan sekadar untuk dipela­jari, tetapi dilakukan. Banyak orang yang pergi ke gereja Reformed adalah untuk belajar, bahkan lebih lanjut saya juga memahami bahwa ada seba­gi­an orang yang datang adalah dengan tujuan untuk mendapatkan les (kursus) lalu melayani di tempat yang lain. Ini bukan hal yang baru tetapi telah lama terjadi. Namun, saya merasa jika gereja Reformed hanya menjadi tempat “kulakan” bagi orang, maka masa depan gereja tersebut menjadi tidak baik karena orang yang ke gereja itu hanya bertujuan untuk kulakan dan tidak berkomitmen bagi gereja itu. Jika tidak ada orang yang berkomitmen, maka tidak ada orang yang membangun gereja, sehingga suatu hari “tempat kulakan” itupun menjadi tidak ada dan tidak ada lagi “kulakan” di masa yang akan datang.

Orang tidak hanya sekadar belajar, lalu se­perti yang dikatakan oleh Yakobus: “Belajar Fir­man, tersentuh otaknya, terjamah hatinya, lalu di­ting­gal pergi. Seperti melihat ke cermin tetapi tidak berubah apa-apa.” Saudara, bukan tidak mung­kin orang yang pergi ke gereja Reformed atau bahkan jemaat dari gereja Reformed, tidak jatuh ke dalam kesalahan ini. Saya bahkan me­rasa, mungkin saya bersama dengan para hamba Tuhan yang lain terlibat di dalam suatu dosa, yaitu telah mengajar dengan metode yang salah. Metode yang salah itu adalah telah memberikan banyak pengetahuan, yang membuat orang ter­tarik untuk belajar hal yang baru tetapi itu hanya sebatas pengetahuan. Khotbah bukanlah sekadar memberikan pengetahuan, tetapi memberikan sua­tu perjumpaan dengan Tuhan, memberikan pesan bagaimana Tuhan berbicara untuk merubah kehi­dup­an. Ada kalanya bukan khotbah yang hebat, tetapi khotbah yang diurapi yang bisa merubah hidup orang.

Makanan yang enak akan menimbulkan ke­san yang tidak mudah hilang, dan akan membuat kita untuk mau kembali mengulang makan ma­kan­an itu. Saudara, apakah ada rasa rindu, rasa nik­mat seperti ini yang membuat kita ingin menge­jar Firman Tuhan?

Firman Tuhan adalah sesuatu yang luar bia­sa. Saya bersyukur bahwa saya mendapat Fir­man dan Firman itu merubah hidup saya. Saya berasal dari sebuah keluarga non-Kristen, lalu bertumbuh dalam suatu budaya. Ketika menjadi Kristen, saya mendapat terang untuk melihat ada hal-hal yang perlu diperbaiki, dan ini adalah karena Firman Tuhan hidupnya diberkati secara limpah. Melalui Firman Tuhan saya mendapatkan nilai-nilai, saya belajar apa itu doktrin Allah, doktrin manusia, siapa itu Kristus, dan sebagainya. Kemudian saya belajar bahwa setiap orang, termasuk pendeta sekalipun adalah orang berdosa. Oleh sebab itu saya harus memahami untuk melihat kepada Tu­han. Dengan doktrin manusia yang baik meno­long kita untuk melihat bahwa manusia yang sebaik apapun, tetap memiliki kelemahan sehing­ga tidak dapat 100% dipercaya. Firman Tuhan memberi kecerdasan rohani dan prinsip moral yang menjadikan orang bertumbuh menjadi sema­kin baik.

Orang yang merenungkan Firman Tuhan pagi dan malam akan bertumbuh dalam keseja­ti­an­nya. Ini digambarkan dalam ayat 3: “Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang meng­hasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.” Suatu gambaran keberkatan, kelim­pah­an, dan kesuburan. Setiap orang yang menghidupi dan mempelajari Firman dengan tulus tidak per­nah tidak bertumbuh, tidak pernah tidak menjadi tidak bijaksana. Saya akan menyebutkan bebe­rapa orang, yang pertama adalah Charles Habib Malik, seorang Kristen dari Libanon. Ia adalah seorang tokoh intelektual Kristen dan pernah men­jadi ketua dewan keamanan PBB selama beberapa periode. Ia bisa menjadi tokoh intelek­tual Kristen yang berpengaruh karena sejak masa mudanya, ia membaca Alkitab 5 pasal secara kon­sisten. Orang kedua yang saya sebutkan ada­lah Ahok. Kita telah mendengar kesaksian me­ngenai dirinya, jam berapa ia bangun, berolahraga dan kemudian membaca Alkitab. Seorang yang dianggap jenius dan sangat diakui kemam­puan­nya, caranya bekerja menunjukkan ada sesuatu yang diurapi oleh Tuhan. Buktinya adalah Jakarta yang begitu sulit untuk ditangani oleh pemimpin lain, dapat ditangani dengan baik olehnya. Apa yang menjadi kuncinya? Menurut saya adalah kerohaniannya. Dari kerohanian, Tuhan mem­beri­kan kecerdasan dan ketepatan. Satu orang lagi yang ingin saya sebut adalah George Washington Carver. Ia adalah seorang Amerika yang berkulit hitam. Oleh karena ia berkulit hitam, ia dileceh­kan dan pernah ditolak untuk masuk ke dalam suatu sekolah. Melalui Firman Tuhan di dalam suatu kebaktian pada suatu saat dia dibukakan dan dipertobatkan, lalu ia menjadi rajin belajar Alkitab dengan sungguh-sungguh. Ia akhirnya dikenal sebagai “Mr. Peanut” karena berbagai penemuannya untuk memanfaatkan kacang telah menjadi berkat dan menolong rakyat di sejumlah daerah di Amerika Serikat. Inilah orang-orang yang belajar Firman. Tahukah saudara bahwa ilmuwan terkenal seperti Sir Isaac Newton juga adalah orang yang mempelajari Alkitab? Newton bahkan menuliskan tafsiran mengenai kitab Daniel. Sebagian ilmuwan adalah orang yang mempelajari Alkitab dan dari sana muncullah banyak inspirasi untuk penemuan ilmu mereka.

Orang yang bertumbuh dalam Firman adalah seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang tidak akan menjadi kering tetapi akan bertumbuh dan berbuah lebat. Sungguh diberkati jika kita boleh ada dalam hidup yang demikian. Ketika berbicara ini, kita akan paling terasa jika membicarakan tentang anak. Kita boleh meren­cana­kan pendidikan yang terbaik buat anak kita, mempersiapkan asuransi mereka dan sebagainya, tetapi yang terpenting ini tidak boleh kita abai­kan, yaitu anak tersebut ditanam di dalam Firman dan takut akan Tuhan. Orang yang hanya diwarisi dengan kekayaan, dapat kehilangan semuanya dalam 1 malam.

Selanjutnya, kita akan melihat ayat 4-6. Pada bagian ini kita melihat kontras antara kehidupan orang benar dan orang fasik. Hidup orang fasik digambarkan sebagai hidup yang tidak berbobot, “mereka seperti sekam yang ditiupkan angin.” Kita mungkin jarang mengetahui apa itu sekam karena sekarang jika kita membeli beras adalah beras yang telah dibersihkan. Sekam adalah kulit padi yang lepas dari padinya setelah ditumbuk. Pada saat diayak, bagian padi yang berat akan ter­jatuh, sementara sekamnya yang ringan akan ter­bawa oleh angin, ini adalah cara untuk memisah­kan sekam dan beras. Seperti inilah kehidupan orang fasik, mereka tidak memiliki bobot rohani, bobot moral, tidak memiliki keagungan karakter. Saya tidak pernah mempercayai orang yang kata­nya rohani tetapi tanpa moral dan tanpa karakter.

Kerohanian, karakter, dan moralitas adalah hal yang pasti berpadu. Orang yang takut Tuhan, pasti akan beres pada bidang yang lain. Orang-orang fasik adalah orang-orang yang tidak ber­bobot, tidak bermoral, tidak berkarakter, dan yang ada pada mereka hanyalah dosa dan kejahatan. Dosa inilah yang akan menjadi bobot yang mem­benamkan mereka. Orang demikian tidak akan mendapat tempat di antara perkumpulan orang yang benar.

Biarlah kita memahami secara mendalam dua macam kehidupan ini. Mengapa? Karena nan­ti akan begitu mudah kita menghadapi tan­tang­an dan kesulitan. Alkitab mengatakan, yang ingin hidup saleh dan benar, akan ada kesulitan dan penderitaan. Berbicara demikian dari atas mim­bar dan gereja adalah hal yang mudah, tetapi dalam situasi yang nyata, kadang dalam meng­hadapi situasi yang kecil dapat menyebabkan kita melakukan kompromi. Kita memerlukan iman yang kuat, tekad yang kuat, ikut Tuhan dengan tegas, kerelaan yang besar.

Pada ayat 6, kita melihat bahwa Tuhan mengenal jalan orang benar, juga berarti Tuhan mengasihi orang benar dan jalan hidup mereka, Tuhan memberkati orang yang hidupnya benar. Allah adalah hakim yang Maha melihat. Apakah Anda percaya? Jika tidak percaya, tinggalkanlah gereja. Untuk apa Anda ke gereja? Untuk apa Anda beribadah? Jika Anda mau percaya maka per­cayalah, jika tidak percaya maka jangan tang­gung-tanggung. Ini adalah suatu kesungguhan, yaitu bahwa Allah itu ada, hadir, berkuasa, dan Ia adalah Juruselamat yang hidup. Jika Ia adalah demikian, mari kita percaya. Mari kita boleh ber­jalan dengan taat, setia, jujur, dan akhirnya kita boleh melihat bagaimana Ia memimpin, menga­sihi, dan berkenan atas kehidupan kita.

Inilah nasihat awal bagi seluruh kesalehan Mazmur. Dua macam jalan, jalan lebar dan jalan sempit, mana yang kau pilih? Satu menuju maut, yang satu menuju kehidupan. Inilah prinsip kesa­leh­an yang diajarkan Tuhan yang kiranya boleh menjadi sikap batin kita untuk tidak memilih setengah-setengah tetapi secara total. Komitmen seorang dari muda untuk memilih jalan ikut Tu­han, akan menentukan kualitas seseorang. Hidup kita hanya satu kali, ada orang yang dari muda telah menetapkan hidupnya dengan benar dan seumur hidup ia terberkati sampai mati. Ada orang yang terus seumur hidup bolak-balik, tidak pernah sungguh-sungguh, dan akhirnya tidak pernah jadi. Kiranya Tuhan memberkati kita. (Ringkasan khotbah ini belum diperiksa oleh pengkhotbah – my)

Ringkasan Khotbah GRII Andhika | 07 Januari 2018 | 1461

0 Comments

× Ada Pertanyaan ?